Sabtu, 23 April 2011

RANAH BELAJAR A DE BLOCK & VAN DE PARERREN

BAB I
PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan mankhluk hidup lainnya.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar, apa yang sedang terjadi pada diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Bahkan, hasil belajar seseorang tidak dapat langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.
Dalam belajar, proses yang terjadi tidaklah bersifat tunggal semata, terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri dan akarakter yang berbeda-beda, walaupun semuanya sama merupakan suatu proses belajar.
Ada beberapa pembagian jenis belajar, tentunya tiap tokoh akan berbeda sesuai dengan sudut pandang yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Dalam makalah ini nantinya akan di bahas tentang jenis belajar menurut dua tokoh yaitu De Block dan C. Van Perreren.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    RANAH BELAJAR MENURUT VAN DE BLOCK
Secara umum dalam proses belajar melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek kognotif, aspek afeksi, dan aspek psikomotorik. Namun karena dinilai terdapat kesamaan dan adanya keterikatan antara satu dengan yang lain, fungsi konatif / dinamik dan fungsi afektif sering dinilai sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian. Demikian pula antara fungsi sensorik dan motorik yang juga saling berkaitan sebagai sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian.
De Block menilai  bahwa masing – masing fungsi tersebut berdiri sendiri, artinya fungsi dinamik dan fungsi afektif sebagai fungsi tersendiri meskipun di satu sisi antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adapun sistematika bentuk belajar De Block sebagai berikut :
  1.  Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      belajar dinamik
2)      belajar afektif
3)      belajar kognitif : mengingat, berpikir
4)      belajar sensi – motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
  1.  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      belajar teoritis
2)      belajar teknis
3)      belajar sosial / bermasyarakat
4)      belajar estetis
  1.  Bentuk belajar yang tidak disadari
1)      belajar insidental
2)      belajar dengan mencoba – coba
3)      belajar tersembunyi

a.                  Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      Belajar dinamik
Bentuk belajar ini mempunyai ciri khas bahwa  dalam belajar terdapat suatu kehendak, sehingga tidak menyebabkan seseorang mudah menyerah dan tidak menghendaki semua hal. Berkehendak merupakan aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan kebutuhan yang disadari dan dihayati. Secara umum kebutuhan terbagi dua macam, yaitu kebiuhan biologis, dan kebutuhan psikologis. Kesadaran terhadap adanya kebutuhan mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu agar terpenuhi kebutuhannya.  Perkembangan zaman telah mengantarkan manusia pada era globalisasi, dimana kebutuhan manusia tidak sebatas pada dapat terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikologis, melainkan dengan apa kebutuhan tersebut terpenuhi. Lebih dari itu kerap dijumpai adanya dua kebutuhan atau lebih yang menuntut harus segera terpenuhi. Tentu saja dalam situasi seperti ini dibutuhkan suatu penilaian yang sungguh terhadap masing – masing kebutuhan, sehingga dapat memutuskan kebutuhan mana yang mendesak utuk dipenuhi, ditunda pemenuhannya, bahkan  dikorbankan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahuai bahwa berkehendak dan berkemauan tidak diperoleh ketika lahir ( bayi ), melainkan berkembang melalui proses belajar yang terarah. Berkehendak dan berkemauan secara dewasa mempunyai CIRI – CIRI : mendalam, tekun, rela menunda bila perlu, sabar, penuh pertimbangan, penuh keberanian, dan mampu menentukan prioritas diantara beberapa kebutuhan
2)      Belajar afektif
Ciri khas belajar afektif adalah belajar untuk menghaati nilai – nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam perasaan,  dabn belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspersei yang wajar. Obyek yang dinilai tidak sebatas pada manusia, namun dapat berupa feneomena atau kejadian.  Dalam belajar afektif ini seseorang akan menghayati sungguh – sungguh suatu obyek, apakah obyek tersebut bernilai bagi dirinya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembalai pada perasaan individu, artinya jika obyek dinilai sebagai sesuatu yang bernilai maka kan menimbulkan perasaan senang dan sebaliknya jika obyek dianggap / dinilai sebagai sesuatu yang kurang / tidak bernilai akan menimbulkan perasaan kurang senang pada diri penilai. Perasan senag meliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati ,rasa saying dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi takut, gelisah, cemas, marah, cemburu.
Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu dengan yang lain., sebab setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. Setiap peserta didik wajib mendapatkan ranah belajar afektif agar dapat mengungkapkan perasaan dalam ekspresi yang wajar dan diterima oleh masyarakat. Dalam wadah pendidikan diharapkan ranah ini mmapu menumbuhkembangkan sehingga alam perasaan peserta didik menjadi kaya dan luas.
3)      Belajar kognitif
Ciri khas ranah belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk – bentuk representasi yang mewakili obyek – obyek yang dihadapi. Obyek tersebut direpresentasikan atau dihadirkan dalam dri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat membantu kemajuan kognitif, sebab berfungsi dalam upaya mengungkapkan gagasann dan pikiran .
4)      Belajar sensi – motorik
Ranah belajar sensi – mtotorik mempunai CIRI khas yang terletak dalam belajar menghadapi dan menganagi obyek – obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar sensi – motorik merupakan dasar bagi belajar berpikir. Mengamati obyek dan memeganag serta menganai benda, mendasari perkembangan berpikir. Dalamberpikir orang “ mempermainkan ” realita lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa pengamatan yang cermat dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangakn bentuk representasi mental yang tepat cukup sulit dilakukan.
Para ahli psikologi yag lain menekankan peranan belajar sensi – motorik untuk perkembangan afektif seseorang. Misalnya sentuhan jasmani, kontak mata, memeganag peranan dalam hubungan kasih sayang antara  satu dengan yang lain.

b.                  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      Belajar teoritis
Bentuk belajar ini mempunyai tujuan menempatkan semua data dan fakta ( pengetahuan ) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti terjadi dalam dalam bidang – bidang ilmiah. Maka diciptakan konsep – konsep. Relasi – relasi diantara konsep dan struktur hubungan. Seperi konsep bujur sangkar mencakup semua bentuk persegi empat; tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Juga dikembangkan metode untuk memecahkan problem secara efisien dan efektif, misalnya dalam penelitian fisika.
2)      Belajar teknis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan, dalam menagani  dan memeganag benda – benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya belajar mengetik. Jenis belajar ini sering disebut belajar motorik. Adapun belajar teknis meliputi fakta seperti siapa penemu pertama, konsep – konsep,; relasi – relasi seperti hubungan antara besarnya energi dan tenaga yang duhasilkan; metode memecahkan problem teknis seperti mencari sebab mobil yang tidak dapat dihidupkan
3)      Belajar bermasyarakat
Belajar bermasyarakat mempunyai tujuan mengelang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar ini meliputi fakta, seperti didirikannya Badan Perserikatan Bangsa untuk mengatur ekhidupan masyarakatdalam ringkat internasional; konsep – konsep seperti solidaritas, penghargaan dan kerukunan; relasi seperti hubungan antara penindasan dan pemberontakan; metode – metode seperti sopan santun, tata cara bermusyawarah dan sebagainya.
4)      Belajar estetis
Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Belajar estetik meliputi fakta, seperti naam Mozzart sebagai pengubah musik klasik; konsep – konsep seperti ritme, tema dan komposisi; relasi – relasi seperti hubungan antara bentuk dan isi; metode – metode seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

c.                   Bentuk belajar yang tidak begitu disadari
1)      Belajar incidental
Belajar incidental dua hal yang berbeda namun salah satu hal diplejari tanpa unsure kesengajaan. Hasil belajar insidnetal terbatas pada pengetahuan tentang fakta dan data.
2)      Belajar tersembunyi
Belajar tersembunyi ( latent learning ) merupakan belajar tanpa maksud . Tidak ada maskud disini hanya terdapat pada pihak yang belajar. Misalnya dalam mengajar di sekolah guru merencanakan agar siswa belajar sesuatu, namun mereka ( siswa ) tidak menyadari apa tujuan guru memberikan materi ini.
Dalam belajar incidental baik guru ataupun siswa sama tidak menyadari tentang hal yang dipelajari, sedangkan belajar tersembunyi ketidaktahuan hanya berada pada pihak siswa .

B. RANAH BELAJAR MENURUT VAN PARREREN
C. Van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Van parreren juga menekankan perlunya menentukan ciri-ciri khas dari hasil belajar yang kemudian menemukan menemukan kekhusussan dari proses belajar yang dilalui untuk sampai pada hasil itu, dan akhirnya memikirkan syarat-syarat yang berlaku pada proses belajar semacam itu.
 Van Parreren membedakan antara aktivitas kognitif dan aktivitas non-kognitif. Dalam aktivitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, berpikir, mempertimbangkan, membandingkan, memilih dan lain sebagainya, yang semuanya disertai dengan kesadaran tinggi. Aktivitas non-kognitif, dimana prestasi diberikan berdasarkan mengangkat, menurunkan, memindahkan, menaikkan, memutarkan dan lain sebagainya, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya (secara otomatis), tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dibuat dan dan mengapa dibuat begitu.
Van Parreren mengelompokkan proses-proses belajar dalam kelompokkan proses-proses belajar dalam kelompok yang membawa kemampuan kognitif dan kelompok yang membawa ke kemampuan yang non kognitif. Dalam belajar disekolah, kelompok proses belajar yang pertama sangat menonjol peranannya dan, karena itu mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran.
Adapun bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren, secara lengkap, adalah sebagai berikut:
  1. Membentuk otomatisme
Membentuk otomatisme. Bentuk belajar ini terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi dapat juga meliputi belajar kognitif. Ciri khas kemampuan yang diperoleh, terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir  satu sama lain. Keuntungan dari kemampuan yang sudah menjadi otomatisme orang itu akan bisa mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik. Kelemahan dari pada otomatisme adalah keterampilan baik motorik atau hafalan menjadi kaku dan tidak fleksibel. Ada fase-fase yang harus dilalui dalam membentuk otomatisme yaitu, fase kognitif yang artinya orang mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, fase latihan adalah orang akan berlatih untuk “mendarah dagingkan” keterampilan itu. Dan fase otomatisme dimana seluruh rangkaian gerak-gerik telah berlangsung dengan lancar.
  1. Belajar insidental
Belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan fakta atau data. Telah ditekankan oleh De Corte, siswa disekolah juga bisa mengalami belajar semacam itu, tanpa direncanakan oleh guru, namun hasilnya sebagai efek sampingan pada belajar lain dapat menguntungkan maupun menghambat bagi perkembangan siswa.
  1. Menghafal
Orang menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksi secara harfiah sesuai dengan yang asli. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Pada waktu reproduksi harafiah ternyata skema berperan sebagai tape videokaset yang hanya dapat diputar dari depan ke belakang untuk bisa mendapat gambar yang jelas gejala ini menunjuk otomatisme pada prestasi hafalan. Skema kognitif menjadi syarat utama bagi keberhasilan menghafal. Namun ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu mengulang-ulang kembali materi hafalan, sampai tertanam sungguh-sungguh dalam ingatan (overlearning), lebih-lebih pada materi yang tidak mengandung struktur yang jelas.
  1. Belajar pengetahuan
Bentuk belajar ini adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-kata sendiri, tidak perlu dirumuskan dalam bentuk aslinya. Van Parreren membedakan antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja, lebih-lebih bila pengetahuan itu menyangkut fakta yang diketahui dari mempelajari dua bidang studi yang berlainan. Pembedaan itu hanya berkaitan dengan cara informasi disimpan dalam ingatan.
Dalam pengetahuan yang tersedia saja, informasi disimpan secara terpisah sedangkan dalam pengetahuan fungsional, informasi yang baru diintegrasikan kedalam pengetahuan yang sudah dimiliki misalnya informasi tentang fisika diintegrasikan dengan ilmu bumi yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru yang mengaitkan materi pengetahuan dengan pengalaman hidup siswa dan menghubungkan fakta baru dengan yang sudah diketahui, biarpun dalam bidang studi lain akan sangat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan fungsional.
  1. Belajar arti kata-kata
Bentuk belajar ini adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Perlu disadari bahwa suatu pengertian (konsep)  dapat diperoleh lebih dahulu, kemudian diberi nama berupa kata.
  1. Belajar konsep (pengertian)
Dalam proses belajar ini orang mangadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Obyek tidak ditinjau obyek detailnya tetapi aspek-aspek tertentu seolah diangkat dan disendirikan. Misalnya pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bunga anggrek, bungan mawar, ditemukan sejumlah CIRI yaitu “mekar, bertangkai, berbenang sari, dan berputik”. Semua CIRI ditangkap dalam pengertian bunga dan dilambangkan dalam dalam bunga. Maka, pengartian/konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki CIRI-ciri yang sama. CIRI khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini ialah adanya skema konseptual. Skema konseptual ialah suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua CIRI khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
  1. Belajar memecahkan problem melaluli pengamatan
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik. Pemecahan problem merupakan tujusn ysng harus dicapai, tetapi tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan belum diketahui. Tindakan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsure-unsur di dalam problem. Dari reorganisasi melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.

  1. Belajar berpikir
Dalam belajar ini, orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
  1. Belajar untuk belajar
Arti bentuk belajar ini lebih luas dari pada bentuk-bentuk belajar yang dibahas sampai sekarang dan mencakup banyak unsur dari bentuk-bentuk itu. Bentuk belajar ini paling tampak jelas dalam belajar di sekolah, bila diamati perbedaan antara siswa-siswa dalam kemajuan belajar. Seringkali ternyata, bahwa siswa-siswa tertentu pad umumnya belajar lebih cepat serta lebih maju. Dengan demikian perbedaan taraf inteligensi antara siswa dijadikan satu-satunya alasan untuk menjelaskan perbedaan dalam hal kemajuan belajar. Biasanya siswa itu belajar secara sistematik dan tidak bekerja secara impulsive, misalnya setelah membaca kata-kata pertama dari suatu pertnyaan kemudian siswa mulai langsung menjawab tanpa membaca bagian lain namun setelah hasil diperoleh siswa itu melakukan refleksi bila hasilnya ternyata tidak sesuai atau tidak tepat maka diadakan analisa terhadap kesalahan yang telah dibuat supaya lain kali tidak terulang lagi.
  1. Belajar dinamik
Bentuk belajar ini bersifat sangat kompleks, karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi psikis, yang seolah-olah merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas diantaranya kegiatan belajar, sumber-sumber energi psikis adalah kemauan, sikap, motiv dan perasaan. Didalam belajar dinamik, dibentuk kemauan sikap, motif, dan modalitas perasaan, yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan karakter. Dalam belajar ini berperanlah unsure-unsur dari belajar kognitif dan belajar nonkognitif yang sulit ditunjukkan satu persatu. Kompleksitas belajar ini bertambah rumit, karena semua hasil belajar itu sebagian besar diperoleh bergaul dengan orang lain.


BAB III
PEMBAHASAN
Belajar merupakan suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-peruhan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.   Namun tidak setiap perubahan merupakan akibat dari belajar, melainkan akibat dari faktor lain seperti perubahan akibat kelelahan fisik, perubahan akibat menggunakan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik dan perubahan akibat pertumbuhan jasmani.
Terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri khas antara tokoh satu dan lainnya terdapat perbedaan dalam sistematika jenis belajar walaupun jenis belajar tertentu selalu muncul dalam susunan pembagian itu.
Ranah belajar menurut A. De. Block terbagi menjadi tiga macam yaitu :
  1. Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)      belajar dinamik
2)      belajar afektif
3)      belajar kognitif : mengingat, berpikir
4)      belajar sensi – motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
  1.  Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)      belajar teoritis
2)      belajar teknis
3)      belajar sosial / bermasyarakat
4)      belajar estetis
  1.  Bentuk belajar yang tidak disadari
1)      belajar insidental
2)      belajar dengan mencoba – coba
3)      belajar tersembunyi
Masing – masing ranah belajar tersebut mempunyai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran.Antara bentuk belajar satu dengan yang lain saling berkaitan Mengingat manusia adalah kesatuan jasmani – mental yang terintegrasi, maka setiap ranah belajar mempunyai andil dan peran dalam kehidupan.
Fungsi ranah atau keefektifan belajar sangat tergantung pada tahap pembelajaran yang dijalani. Misalnya pendidikan pada balita akan lebih efektif jika menggunakan bentuk belajar sensi – motorik, karena menurut Piaget balita berada pada perkembangan kognitif sensori – motorik. Tentunya ranah belajar tersebut akan kurang maksimal jika diterapkan pada siswa menengah pertama ( SMP ), karena tahap perkembangan kognitifnya telah memasuki tahap operasional konkret.
Selain memperhatikan tahap perkembangan, dalam menentukan ranah belajar juga memperhatikan materi pelajaran yang akan diberikan. Pelajaran atau pendidikan moral yang notabene lebih banyak mempelajari nilai – nilai hidup,  belajar afektif akan lebih berperan, karena siswa akan lebih mampu menginternalisasi makna atau isi pelajaran
Ranah belajar menurut Van De Parererren terbagi menjadi sepuluh ranah, yaitu :
1).    Membentuk otomatisme
2).    Belajar incidental
3).    Menghafal
4).    Belajar pengetahuan
5).    Belajar arti kata – kata
6).    Belajar konsep ( pengertian )
7).    Belajar memecahkan problem melalui pengamatan
8).    Belajar berpikir
9).    Belajar untuk belajar
10)  Belajar dinamik

Van Pererren membedakan antara aktifitas kognitif dan non kognitif. Dalam aktifitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, menimbang, memahami, berfikir, membandingkan, memilih,  dan lain sebagainya yang senuanya disertai kesadaran tinggi. Misalnya menyebutkan deretan bilangan,membacakan syair yang telah dihafal.
            Adapun aktifitas non kognitif pretasi belajar diberikan berdasarkan menggerakkan, mengangkat, menurunkan, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya ( secara ostomatis ) tanpa diserta kesadaran tinggi.mengenai apa yang dilakukan dan menagapa didesain seperti itu. Misalnya mendayung sepeda, menyalakan kompor, menendang bola,

BAB IV
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Perbandingan antara ranah belajarnya Van De Block dengan Van Parreren adalah:
Van De Block
Van Parreren
  • Mencakup beberapa aspek psikis, yaitu aspek kognitif, aspek afeksi, dan aspek psikomotorik.
  • Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari yaitu, belajar teoritis, belajar teknis, belajar bermasyarakat dan belajar estetik.
  • mencakup kognitif dan non kognitif
  • bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan adalah, belajar non kognitif, belajar kognitif dan campuran belajar kognitif dan nonkognitif.

DAFTAR PUSTAKA

            Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Taksonomi Gagne dan Taksonomi Bloom

ROBERT GAGNE
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar A.B. di Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Psychology dari Universitas Brown. Mengajar di Connecticut College for Women dari 1940-49 dan kemudian di Penn State University dari 1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual and motor skills laborartory” di U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The Conditions of Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor di Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting  yaitu :
1.        Fase – fase pembelajaran
2.        Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3.        Kondisi atau tipe pembelajaran
4.        Kejadian-kejadian instruksional
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.

  • Fase-Fase Dalam Belajar
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
  • Fase Receiving The Stimulus Situation
Merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.
  • Fase Stage Of Acquition
Pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
  • Fase Storage
Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
  • Fase Retrieval/Recall
Fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
  • Fase Motivasi
Sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
  • Fase Generalisasi
Fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
  • Fase Penampilan
Fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
  • Fase Umpan Balik,
Siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).

  • Kategori Utama Kapabilitas
Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :
  • Verbal Information
Kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.
  • Intellectual Skills
Merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya. Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
  • Cognitive Strategies
Merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif.
  • Attitudes
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
  • Motor Skills
Merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dan lainnya.

  • Kondisi Atau Tipe Pembelajaran
  • Signal Learning
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.
  • Stimulus-Response Learning
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.
  • Chaining
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.
  • Verbal Association
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dan lain sebagainya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
  • Discrimination Learning
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan.
  • Concept Learning
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dan lainnya
  • Rule Learning
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.

  • Problem Solving
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikiran agar produktif.

  • Kejadian-Kejadian Instruksional
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
  • Gain Attention
Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera untuk merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian siswa, pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik muka dan suara tiba-tiba.
  • Inform Learners Of Objectives
Perlunya mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
  • Stimulate Recall Of Prior Learning
Merangsang timbulnya ingatan tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
  • Present The Content
Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal maupun “features” tertentu.

  • Provide "Learning Guidance"
Bimbingan diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau alur berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh, gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
  • Elicit Performance /Practice
Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan penguasaannya terhadap materi.
  • Provide Feedback
Siswa diberi tahu sejauh mana ketepatan unjuk kerjanya (performance)
  • Assess Performance
Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan pembelajaran
  • Enhance Retention And Transfer To The Job
Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi. Diharapkan nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan pengetahuan, keahlian dan strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya

B.S. Bloom
Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik (psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.
Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang, Sistematika pembagian/penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifir buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).
Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:
·         Rana Kognitif :
o   Pengetahuan (Knowledge)
o   Pemahaman (Comprehension)
o   Penerapan (Application)
o   Analisa (Analysis)
o   Sintesa (Syntesis)
o   Evaluasi (Evaluation)
·         Rana Afektif :
o   Penerimaan (Receiving)
o   Partisipasi (Responding)
o   Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
o   Organisasi (Organization)
o   Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex).
·         Rana Psikomotorik :
o   Persepsi (Perception)
o   Kesiapan (Set)
o   Gerakan Terbimbing (Guided Response)
o   Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)
o   Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)
o   Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)
o   Kreativitas (Creativity)

Rana Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
  • Pengetahuan (Knowledge):
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah propinsi”.
  • Pemahaman (Comprehension):
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
  • Penerapan (Application):
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.
  • Analisa (Analysis):
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.
  • Sintesa (Synthesis):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.
  • Evaluasi (Evaluation):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.

Rana Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :
  • Penerimaan (Receiving/Attending) :
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
  • Partisipasi (Responding):
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
·          Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
·          Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
·          Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
  • Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing):
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.
  • Organisasi (Organization):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
  • Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex):
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
I
Rana Psikomotorik
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :
  • Persepsi (Perception):
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
  • Kesiapan (Set):
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
  • Gerakan Terbimbing (Guided Response):
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
  • Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response):
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemapuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.
  • Gerakan Kompleks (Complex Response):
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
  • Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation):
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan
  • Kreativitas (Creativity):
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.

Daftar Pustaka
  • Dahar, Ratna Wilis, Teori – Teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1989.
  • W. S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
  • http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-kognitif.html
  • http://bawana.wordpress.com/2008/04/07/prinsip-pembelajaran-gagne-the-condition-of-learning/