Sabtu, 23 April 2011

ETNOFARMAKA JAHE (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberaceae)

Ketertarikan terhadap etnobotani dan etnofarmakologi dimulai dari ditemukannya dokumentasi dan bioevaluation secara tradisional menggunakan obat-obatan herbal dan pencarian suatu jenis tanaman yang dipercaya dapat menyembuhkan. Investigasi ini bertujuan untuk memahami penggunaan dan persepsi pengobatan botani (herbal) dalam kehidupan manusia atau masyarakat (human societies) (Pieroni dan Torry, 2007). Penggunaan pengobatan alternatif secara alami untuk mengobati berbagai macam penyakit telah mengalami peningkatan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang usia lanjut (tua) menggunakan pengobatan alternatif dan suplemen herbal tanpa saran dari  dokter. Namun sayangnya, banyak informasi mengenai keefektifan dan keamanan pengobatan yang demikian hanya berdasarkan cerita sejarah atau anekdot (Bode dan Dong, 2004).
Jahe (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberaceae) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki efek terapi dan telah digunakan selama ratusan tahun untuk menyembuhkan sejumlah penyakit seperti demam, mual, arthritis, migrain, dan hipertensi. Karakteristik medis, kimia, dan farmakologi dari jahe telah banyak diteliti secara intensif. Jahe merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak dikonsumsi sebagai bumbu masakan di seluruh dunia, tetapi sangat sedikit diketahui mengenai metabolisme dan metabolit yang dihasilkannya (Bode dan Dong, 2004).
Mekanisme umum yang biasa digunakan untuk menjelaskan kelebihan dari jahe bagi kesehatan adalah yang terkait dengan kemampuannya sebagai antioksidan. Analisis sistematik pada sejumlah tanaman membuktikan bahwa akar jahe mengandung antioksidan total dengan konsentrasi tinggi (sebanyak 3,85 mmol/100 g). Beberapa studi atau penelitian lanjutan menyatakan bahwa keefektifan jahe sebagai antioksidan terbukti secara in vitro. Kandungan senyawa dalam jahe terbukti mampu untuk menghambat lipid peroxidation, menghambat produksi superoksida dan menurunkan stres oksidatif yang berkaitan dengan proses penuaan (Bode dan Dong, 2004).
Gingerol, senyawa yang terkandung di dalam jahe, merupakan senyawa yang efektif untuk menghambat karsinogenesis (azoxymethane-induced intestinal carcinogenesis) pada tikus. Beberapa komponen jahe dibuktikann juga efektif sebagai antitumor-promoter activity, pendekatan secara molekuler. Menurut sejarah jahe biasa digunakan dalam mengobati beberapa gejala penyakit diantaranya mual dan muntah. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa jahe terbukti efektif sebagai obat antiemetic dan akar jahe biasanya disarankan untuk pencegahan terjadinya mabuk laut (seasickness). Jahe dan beberapa jenis herba lain memiliki kandungan alami yang telah dinyatakan mampu secara efektif mengobati inflamasi, osteoarthritis, dan reumatik (Bode dan Dong, 2004).
Agar dapat diperoleh ekstrak jahe yang mengandung antioksidan berkosentrasi tinggi sangat bergantung pada proses produksinya. Hal ini dikarenakan karena keefektifan jahe dalam mengobati penyakit bergantung pada aktivitas antioksidan yang terkandung di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bode, Ann M. and Z. Dong. 2004. Herbal and Traditional Medicine: Molecular Aspect of Health (Ginger) edited L. Packer, Choon Nam Ong, Barry Halliwell. Marcel Dekker. New York.
Pieroni, A. and B. Torry. 2007. Does the taste matter? Taste and medicinal perceptions associated with five selected herbal drugs among three ethnic groups in West Yorkshire,Northern England. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. 3:21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar